Kamis, 15 Oktober 2009
Optimalisasi Manfaat "Hibiscus sabdariffa"(rosella)
Optimalisasi Manfaat "Hibiscus sabdariffa"
ROSELA merupakan tanaman yang menarik dan indah. Lima puluh tahun lalu, tanaman ini secara luas tumbuh di Florida dan dimanfaatkan sebagai pagar hidup pada musim panas. Daunnya yang berwarna hijau gelap sangat kontras dengan batang dan kelopaknya yang berwarna merah menyala.
Rosela yang mempunyai nama ilmiah Hibiscus sabdariffa merupakan anggota famili Malvaceae. Rosela dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari India hingga Malaysia.
Awalnya pembudidayaan rosela ditujukan untuk memperoleh serat batangnya sebagai bahan baku pembuatan tali dan pengganti rami. Namun dengan adanya produk tas yang terbuat dari plastik (kantong keresek), serat rosela jarang digunakan. Saat ini, tujuan budi daya rosela mulai bergeser sebagai penghasil bahan makanan dan minuman.
Meskipun di Indonesia rosela belum banyak dimanfaatkan, tetapi di negara lain telah dimanfaatkan sejak dulu. Seluruh bagian tanaman mulai buah, kelopak, bunga, dan daunnya dapat dimakan. Sebagai obat tradisional, secara empiris rosela berkhasiat sebagai antiseptik, aprodisiak, diuretik, pelarut, sedatif, dan tonik.
Saat ini terdapat lebih dari 100 varietas rosela yang tersebar di seluruh dunia. Dua varietas yang paling terkenal adalah sabdariffa dan altissima. Varietas sabdariffa mempunyai kelopak bunga yang dapat dimakan, berwarna merah atau kuning pucat, dan kurang banyak mengandung serat.
Di Indonesia, penggunaan rosela di bidang kesehatan memang belum begitu populer. Namun akhir-akhir ini, minuman berbahan rosela mulai banyak dikenal sebagai minuman kesehatan. Salah satunya adalah jus dari tanaman rosela varietas sabdariffa yang dikembangkan oleh Puspa Yunita, mahasiswa jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasundan (Unpas) Bandung.
Berawal dari pengamatannya, bahwa untuk menikmati minuman dari rosela, orang malas menunggu hingga kelopaknya mekar. Pada tanaman rosela, memang bagian kelopak bungalah yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Agar bisa mengonsumsi rosela kapan saja, biasanya kelopak yang sudah mekar dikeringkan. "Namun dalam proses pengeringan itu pasti ada kandungan yang hilang karena panas, sehingga khasiatnya akan berkurang," tutur Puspa.
Karena itu ide membuat jus segar ini datang. "Saya ingin kandungan yang ada di dalam kelopak tersebut tetap. Kalau dibuat jus, seluruh kandungan pasti akan larut dalam air, sehingga tidak akan hilang," ujarnya.
Jus rosela dibuat dari kelopak rosela segar (tidak dikeringkan), yang diambil sarinya. Kelopak bunga yang direbus dengan air diakui berkhasiat sebagai peluruh kencing dan merangsang keluarnya empedu dari hati (choleretic), juga untuk penderita hipertensi.
Sari dari kelopak tersebut berasa asam pekat, sehingga harus ditambahkan sukrosa (pemanis). Perbandingan antara volume ekstrak rosela dan sukrosa biasanya dua berbanding delapan. Artinya delapan puluh persen ekstrak rosela yang sudah dilarutkan, ditambahkan dua puluh persen sukrosa sebagai pemanis.
Ketika ditanya soal efek samping, Sumartini, salah satu dosen Unpas yang membimbing pembuatan jus ini mengatakan, "Tidak ada efek samping. Memang untuk yang mempunyai penyakit maag harus hati-hati, karena rasa asamnya." Namun demikian, minuman ini tidak dianjurkan untuk orang yang memiliki darah rendah. Selain itu, khusus untuk penderita diabetes, jus rosela tidak bisa menggunakan gula pasir (sukrosa) sebagai pemanisnya.
Pemanfaatan rosela sebagai minuman jus segar tentu lebih praktis dikonsumsi, "Sebab orang tinggal minum, tak perlu diseduh seperti kalau dibuat teh. Selain itu jus rosela juga menjadi minuman fungsional karena memiliki banyak khasiat," ujar Sumartini. (Nisa Rachmatika)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar